Minggu, 13 Maret 2011

Tak Pengaruhi Proyek MRT Tsunami Jepang

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan, gempa dan tsunami yang melanda Jepang tidak akan menghambat pembangunan mega proyek mass rapid transit (MRT). Meski, diakui pendanaan MRT berasal dari Jepang melalui Japan International Coorporation Agency (JICA)
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, bencana di Jepang tidak akan mempengaruhi proyek MRT. Apalagi Jepang telah memberikan pinjaman tahap pertama sebesar 120,017 miliar yen. Dana ini telah diterima PT MRT Jakarta, selaku pelaksananya.
Fauzi Bowo mengatakan, DKI Jakarta tidak perlu menunggu instruksi dari JICA untuk melaksanakan pembangunan, meski negara itu sedang dilanda bencana. Hanya saja, saat ini memang belum diputuskan untuk pelaksanaan tendernya.

Foke begitu sebutan Fauzi Bowo mengatakan, tidak ada alasan bagi Jepang untuk menarik investasi yang ada di Indonesia. "Tidak berharap bencana itu berpengaruh, karena semuanya sudah diteken dan tinggal dijalankan. Komitmen jangka panjang tidak akan terpengaruh," ujarnya, Senin 14 Maret 2011.

Foke mengatakan, pinjaman tahap pertama akan digunakan untuk membangun rute MRT dari Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15,5 kilometer, dengan rincian 10,5 kilometer di permukaan tanah dan 5 kilometer di bawah tanah.
Sebanyak enam stasiun bawah tanah juga akan dibangun di sepanjang rute tersebut, yakni di Masjid Al Azhar, Istora Senayan (Ratu Plaza), Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bunderan Hotel Indonesia, dan tujuh stasiun elevasi, yakni di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, H. Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

MRT diharapkan mampu mengangkut 960 ribu orang per hari dengan headway (jarak waktu antar unit kereta) per lima menit. Target waktu perjalanan dari Lebak Bulus - HI adalah 30 menit. Diharapkan, pada 2016 moda transportasi massal ini sudah bisa beroperasi. (adi)